
Tanggal 31 Mei diperingati sebagai hari anti tembakau sedunia. Pertama kali ide ini diperkenalkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1987 untuk mendorong kesadaran masyarakat di seluruh dunia agar mengurangi atau menghentikan konsumsi tembakau dalam bentuk apapun.
Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini sangatlah penting selama pandemi COVID-19.
Saat ini, kita menghadapi tantangan kesehatan baru di masyarakat, yaitu COVID-19. Relevansi COVID-19 dengan masalah-masalah kesehatan masyarakat yang belum terselesaikan tidak dapat diremehkan. Dalam masa yang penuh tantangan ini, upaya-upaya kesehatan masyarakat membutuhkan dukungan global melalui mandat dan konsultasi global agar dapat berfungsi secara efisien.
Riset menunjukkan bahwa pasien Covid-19 yang merokok beresiko terpapar dampak yang lebih parah dibandingkan mereka yang tidak merokok. Bahkan sebelum pandemi, setiap tahun, sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal akibat merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengan tembakau.
Paparan terhadap tembakau juga berkontribusi terhadap stunting dan menghambat pertumbuhan anak-anak. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko terjangkit penyakit tidak menular (PTM) kronis seperti penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan kronis, diabetes, dan kanker saat mereka beranjak dewasa.
Mencegah para perokok, orang yang tidak merokok, dan terutama generasi muda dari menggunakan produk tembakau sangatlah penting jika Indonesia ingin mengurangi angka kematian dan penyakit yang berkaitan dengan tembakau, dan beban yang disebabkan oleh hal-hal tersebut pada sumber daya manusia dan perekonomian.
Dengan sejuta dampak buruk merokok yang mendorong Balai Besar Rehabilitasi BNN berkomitmen untuk menciptakan kawasan tanpa rokok . Hal ini sesuai dengan tema Yang dicanangkan WHO tahun ini, “ Commit to Quit, Berkomitmen untuk Berhenti.” Menukil laman promkes.kemkes.go.id, tema tersebut diambil karena dianggap relevan untuk menjawab tantangan terbesar di bidang kesehatan masyarakat di dunia yaitu pandemi Covid-19.
Balai Besar Rehabilitasi merekomendasikan agar semua klien dan staf memiliki kesadaran akan risiko penggunaan tembakau bagi kesehatan di masa depan.
Semoga pencanangan Hari Tanpa Tembakau sedunia mengetuk hati Kita semua untuk berhenti dari rokok. Karena jikalau kita menikmatinya, Kita harus sadar bahwa rokok memberikan dampak buruk bagi diri sendiri dan lingkungan.
Sumber: Kutipan Media Online